Images

‘’Tinta Yang Berbicara’’

‘’Ketika orang yang kita anggap teman sejati tak mampu lagi menemani, hanya tinta dan kertas putihlah yang mampu menjadi teman setia sesungguhnya, bahkan sampai kita mati. 

Dini hari... 

Magfira gelisah, karena tak mampu memejamkan mata. Sembari mendengarkan gemericik hujan yang masih setia menari di atap rumahnya. Fikirannya masih terobok-obok oleh khayalan semu. Ia mencoba menjelajahi khayalnya dengan peristiwa-peristiwa yang pernah dan mungkin akan dialami esok hari. 

Magfira mencoba membincang tentang sahabat, yang hingga kini belum ia temui dalam hidupnya. 

‘’Jika difikir-fikir ternyata, sangat susah menemukan sosok sahabat sejati yang bisa menerima dan mengerti kita apa adanya. Orang-orang yang dahulu kuanggap sebagai sahabat, kini sudah tak ada waktu lagi untuk berbagi denganku. Aku menjadi semakin bingung, diantara begitu banyak teman yang kukenal, aku merasa kesulitan untuk memilah-milah apakah mereka termasuk kategori teman biasa atau seorang sahabat.’’ Khayalnya 
Pukul 02.00 wita dini hari, pagi menjadi semakin dingin, hujan tak kunjung berhenti, namun mata dan fikiran Magfira sepertinya belum ingin beristirahat. Seketika ia menengok ke arah jam yang ada di kamarnya, lalu segera ia beranjak dari tempat tidurnya untuk berwudhu dan sholat lail. Sebelumnya Magfira memikirkan hal-hal yang bisa ia lakukan agar waktunya tidak terbuang dengan sia-sia. 

Magfira memang gadis yang pendiam, dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Mungkin itulah salah satu penyebab mengapa hingga saat ini ia merasa belum menemukan teman yang cocok untuk mencurahkan isi hatinya. Lebih tepatnya seorang sahabat. Bahkan dengan kedua orangtuanyapun ia termasuk orang yang tertutup.

Seusai melaksanakan sholat, Magfira meraih sebuah pulpen tinta hitam dan selembar kertas kosong. Lalu ia memulai berbicara dengan nalarnya sembari menorehkan tinta di atas kertas kosong yang dipegangnya. 

Dalam perjalanan nalarnya ketika sedang menulis, Magfira mulai tersadar bahwa ia sebernarnya telah menemukan sahabat sejati yang selama ini ia cari. Sahabat tak mesti seorang manusia, bisa saja hewan, bahkan benda mati sekalipun. 

Namun Magfira mulai memahami bahwa sahabat sejati seorang manusia adalah Tuhan yang menciptakannya, yang tak pernah lelah mendengarkan keluh kesah hambanya selama hidup di dunia. Selain itu, pulpen dan kertas yang berada digenggaman Magfira, bisa ia jadikan sebagai teman setianya. Ia bisa menceritakan perjalanan hidupnya kapanpun dan dimanapun ia berada, baik dalam keadaan suka ataupun duka.

Sumber : ‘’Gowa, 03.15, dini hari>Buah Inspirasi pagi’’
Editor : Sekbid Mpt

0 komentar: